Sabtu, 28 Januari 2012

ILMU..

Kisah ini terjadi di suatu kerajaan di timur tengah,
Suatu waktu seorang budak pesuruh kerajaan mendatangi rajanya, dan berkata “ Wahai rajaku yang biajaksana, mengapa upah yang kau berikan kepadaku kecil, bahkan lebih kecil daripada seorang patih dan seorang penasehat sekalipun?, padahal wahai engkau sang raja tahu, bagaimana aku bekerja begitu keras, menjaga raja bahkan saat raja tidur sekalipun, aku masih tetap bekerja”.. Lalu rajapun tersenyum dan berkata “Aku akan menjawab pertanyanmu besok setelah kita berangkat berburu”..  lalu pesuruh itupun berlalu..

Kesokan harinya sang raja pun berangkat berburu bersama pesuruh dan beberapa bawahannya, patih dan penasehat.. dalam perjalanan itu pun pesuruh merasa tidak adil karana semua barang yang harus dibawanya begitu terasa berat, sedangkan patih, penasehat dan raja tidak harus membawa barang satupun. Namun semua tetap berjalan, sampai perburuan pun hampir selesai, hari pun semakin siang dan rajapun mengajak untuk beristirahat sejenak. Pada saat istirahat itulah sang pesuruh kembali menanyakan atas jawaban pertanyaan yang kemarin belum mendapat jawaban dari sang raja. Sang raja pun kembali tersenyum, bukan memberi jawaban, namun sang raja malah menyuruh sang pesuruh untuk mencari air untuk minum, karena sang raja merasa haus. Sang pesuruh pun kesal, namun karena ketaatanya, sang pesuruh pun berangkat ke utara untun mencari air, lalu setelah setengah jam kemudian sang pesuruh kembali dan berkata “wahai rajaku di utara tidak ada sungai mengalir maka izinkanlah aku untuk mencari ke arah selatan”. Lalu atas izin raja pun sang pesuruh kemudian kembali melanjutkan mencari air ke arah selatan. Dan setelah setengah jam kemudian sang pesuruh pun kembali dengan tangan kosong, sang pesuruh pun berkata “wahai rajaku aku masih belum mendapatkan air karena di arah selatan pun tidak ada sungai yang mengalir, maafkan hamba sang raja karena hamba sudah merasa letih”. Karena kasihan kepada sang pesuruh lalu sang rajapun menyuruhnya untuk istirahat dan menyuruh sang patih untuk mencarikannya air untuknya minum, lalu dengan cepat sang patih pun bergegas untuk memanjat pohon yang tertinggi dan melihat ke segala arah untuk mengetahui sungai yang terlihat mengalir, lalu setelah mengetahui ada sungai yang mengalir sang patih pun pergi kearah sungai dan membawakan air untuk sang raja. Denga begitu sang patih hanya membutuhkan limabelas menit untuk mambawakan air untuk sang raja. Namun karena sang patih menggunakan daun untuk membawakan air, jadi air pun banyak yang tercecer dan setiba dihadapan sang raja, airpun tinggal sedikit, sehingga rasa haus sang rajapun tidak terpuaskan. Setelah itu sang raja menyuruh sang penasehat untuk mengambilkan nya minum lagi. Lalu dengan cepat sang penasehat bergegas pergi, lalu setelah 15 menit sang penasehat pun kembali dengan membawakan 4 buah kelapa muda kehadapan sang raja.

Dengan begitu sang pesuruhpun tersadar, dan mengerti kenapa selama ini iya diupah seolah-olah tidak sesuai dengan apa yang dia kerjakan, padahal yang terjadi adalah sang pesuruh melakukan pekerjaannya dengan bekerja keras namun tidak bekerja cerdas.

“Menurutku kawan, ilmu itu bisa mengangkat deraja kita, tetaplah semangat untuk mencari ilmu, jangan biarkan diri kita menjadi bodoh. yang hanya bekerja keras namun tidak bekerja cerdas !!”

Semangat untuk semua kawan seperjuangan !! 

Selasa, 10 Januari 2012

SEPENGAL DARI LANGKAH INI

Langkah ini diawali dari ketidak sengajaan ketika akhir tahun 2007.. Memang kadang apa yang kita usahakan, apa yang kita harapkan, dan apa yang kita impikan tidak selalu menjadi kenyataan, Tapi yakinlah ap yang akhirnya kita dapat adalah yang terbaik untuk kita.. Benar itu dari ketidak sengajaan, tanpa dasar dan tak terarahkan. Tak terarahkan oleh pikiran tapi diarahkan oleh naluri dan hati, diarahkan oleh Engkau yang mengendalikan kehidupan ini.. Aku yakin inilah yang Engkau pilihkan..
Langkah itu dimulai dari satu langkah dari pintu itu, akhirnya berpuluh kilometer..
Dimulai 1 hari, 2 hari, 3 hari...
Akhirnya 1 bulan, 2 bulan , dan 3 bulan... bahkan sampai detik ini..
1 lembar, 2 lembar dan akhirnya terangkai dalam satu buku...
Begitu banyak cerita yang terangkai, begitu banyak pengalaman yang didapat, ruang baru, kota baru, sahabat baru.. Mereka semua adalah guru.. mereka yang menuntun menjadi lebih baik..
Langkah ini.. langkah yang tak pernah berhenti, dari sejak satu langkah itu, menyusuri kehidupan merangkai cerita, pengalaman dan cinta..
Langkah ini.. langkah yang pernah begitu ringan dan menyenangkan, tapi juga pernah menjadi berat dan sedih..
Melihat dari sepengal langkah ini, memang terlihat tidak adil..
Lihatlah sekarang, titik akhir dari sepengal langkah ini sudah terlihat jelas, selalu berharap bekal yang ku bawa sampai titik ini cukup untuk menyelesaikan sepengal dari perjalaan ini.. Selalu berharap, apa yang sudah diusahakan tidak pernah akan sia – sia.. Berusaha untuk tak pernah takut mengapai harapan meskipun harapan itu sangat kecil. Tak pernah takut kecewa meskipun kekecewaan itu seolah sudah berada didepan mata. Yakinlah kekecewaan itu adalah sepotong duri kecil yang menghantui kesuksesan.. Ketika tak ada seseorang yang duduk disampingmu dan membisikan kata motivasi, yakinlah bahwa hati kita hidup dan mampu membisikkan lebih dari sebuah kata motivasi..
Semangat kepada semua kawan seperjuangan !!

Sabtu, 24 Desember 2011

UAV (Unmanned Aerial Vehicle)

Tadi siang saya di kampus dan mengikuti seminar tentang UAV ( Unmanned Aerial Vehicle ) yang diadakan oleh anak - anak robotik IT Telkom, cukup menarik, selain karena ini adalah ilmu baru, alasan lain adalah karena semianarnya gratis.. :) :)
Apa lagi ditambah adanya demo UAV (Unmanned Aerial Vehicle) secara langsung..

Ngomong2 udah pada tahu belum UAV itu apa?? UAV adalah merupakan sebuah sistem pesawat tanpa awak yang memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai jenis misi penginderaan jarak jauh berbasis video maupun foto/still image. Misi yang bisa diemban meliputi surveillance, reconnaisance, monitoring, patroli udara, foto udara resolusi tinggi. UAV (Unmanned Aerial Vehicle) dikenal sebagai pesawat terbang tanpa awak atau dikenal juga dengan istilah UAS (Unmanned Aircraft System) di Amerika. UAV didefinisikan sebagai pesawat terbang tanpa pilot, menggunakan gaya aerodinamik untuk terbang, baik secara mandiri (otomatis) dengan bantuan autopilot atau dikemudikan jarak jauh dengan bantuan remote control, dan dapat membawa muatan senjata atau tidak.
ini beberapa gambar dari contoh UAV..






Yang membuat saya tertarik adalah kecangihan2 teknologi yang telah diterapkan pada system pada UAV ini, teknologi Auto pilot, System catuan, transmisi data menuju pangkalan dll. Bahkan setelah saya mengikuti seminar tadi saya jadi tertarik mencari2 informasi mengenai teknologi - teknologi UAV yang telah dikembangkan oleh bangsa - bangsa maju, seperti Amerika, Iran dll..
Ini semakin menarik buat saya karena saya pernah membaca berita bahwa akhir2 ini ada salah satu UAV milik USA yang berjenis RQ - 170 Sentinel Stealth, yang terbang di wilayah Iran (Untuk memata - matai) dan berhasil di tembak oleh militer iran.. :) *Hebaat !!
Ini Gambarnya..



Nah, ini adalah contoh cara penerbangan salah satu UAV yang dilakukan oleh seorang militer untuk kepentingan militer. Cara ini jg yang dilakukan para engineer untuk menerbangkan UAV Indonesia, yang tadi dibawakan pada seminar di IT Telkom.




Berbeda dengan UAV yang dibuat oleh Amerika dan negara - negara maju lain yang sudah memanfaatkan komunikasi satelit dalam pengiriman datanya. UAV seperti pada gambar diatas masih menggunakan komunikasi radio biasa, sehingga ukurannya juga berbeda (lebih kecil).

Jumat, 23 Desember 2011

Mikrokontroler ATmega8535

Mikrokontroller sebagai sebuah “one chip solution” pada dasarnya adalah rangkaian terintregrasi (Integrated Circuit-IC) yang telah mengandung secara lengkap berbagai komponen pembentuk sebuah komputer. Berbeda dengan penggunaan mikroprosesor yang masih memerlukan komponen luar tambahan seperti RAM, ROM, timer, dan sebagainya untuk sistem mikrocontroller, tambahan komponen diatas secara praktis hampir tidak dibutuhkan lagi. Hal ini disebabkan semua komponen penting tersebut telah ditanam bersama dengan sistem prosesor ke dalam IC tunggal mikrokontroler bersangkutan. Dengan alasan itu sistem microcontroller dikenal juga dengan istilah populer the real Computer On a Chip atau komputer utuh dalam keping tunggal, sedangkan sistem mikroprosesor dikenal dengan istilah yang lebih terbatas yaitu Computer On a Chip atau komputer dalam keping tunggal. Mikrokontroler yang dipergunakan disini adalah jenis mikrokontroler AVR. Alasan penggunaan mikrokontroler jenis ini adalah sudah banyak dipasaran, selain itu dengan spesifikasinya yang tinggi akan memudahkan untuk penambahan fitur-fitur baru yang mungkin dapat direncanakan kedepan.
ATmega8535 banyak digunakan untuk sistem yang kompleks, memiliki input sinyal analog, dan memiliki memori yang relatif lebih besar.
Berikut adalah fitur-fitur mikrokontroler seri ATmega8535.
1.      Memori Flash 8 Kbytes untuk program
2.      Memori EEPROM 512 bytes untuk data
3.      Memori SRAM 512 bytes untuk data  
4.      Maksimal 32 pin I/O
5.      20 interrupt
6.      Satu 16-bit timer dan dua 8-bit timer
7.      8 channel ADC 10 bit
8.      Komunikasi serial melalui SPI dan USART
9.      Analog komparator
10.  I/O PWM
11.  Fasilitas In System Programming (ISP)

IC mikrokontroler dikemas (packaging) dalam bentuk yang berbeda. Namun pada dasarnya fungsi kaki yang ada pada IC memiliki persamaan. Gambar salah satu bentuk IC seri mikrokontroler AVR ATmega8535 dapat dilihat berikut. 

KEHIDUPAN INI..

6 April 1988 hari rabu wage adalah hari dimana nyawa seorang ibu dipertaruhkan. Sutimah sebuah nama sederhana seperti pengambaran kehidupannya yang juga sangat sederhana namun mempunyai hati yang sampai sekarang belum pernah ada duanya aku temui di dunia ini. Hati yang begitu sabar, tulus, dan menyejukkan, dimana setiap kali aku mengingat pengorbanannya tak pernah aku dapat menahan tetesan air mata dari kedua mataku, bahkan untuk saat aku menulis ini. Radji bapakku adalah seorang bapak yang bertanggung jawab atas keluarga yang dipimpinnya,. Sandang, pangan, papan untuk keluarga kami selalu beliau perjuangkan. Semua nasehat yang keluar dari lidahnya adalah benih kebaikan yang ditanam dalam diri setiap anak - anaknya.

Pagi itu, Selasa 5 April 1988 dengan hati – hati bapak mengantar ibu ke bidan desa, karena ibu merasakan kandungannya yang sudah berusia 9 bulan terasa sakit, ibu pernah bercerita bahwa sakitnya melebihi waktu – waktu dulu ketika ketiga kakakku akan dilahirkan, dan hari – hari saat mengandungku pun lebih berat dari kandungan sebelumnya. Kakaku Endah, Eko, Dewi, aku tidak tahu persis berapa umur mereka dan apa yang sedang mereka kerjakan ketika detik – detik kelahiranku itu.

Bu Yani bidan desa satu – satunya saat itu tahun 1988 di desaku, yang diharapkan dapat membantu kelahiranku. Namun, tak seperti yang diharapkan setelah ibu diperiksa kandungannya oleh bu Yani, beliau menyatakan tidak sangup membantu kelahiran ku, mungkin karena keadaan ibu yang sudah lemah dan peralatan medis seorang bidan desa yang saat itu belum lengkap. Sehingga bu yani memutuskan untuk memberikan rujukan kepada ibuku ke rumah sakit kediri yang sekarang bernama Rumah Sakit Gambiran, tak tahu kenapa saat itu rumah sakit kediri yang dipilih. Padahal rumah sakit itu berjarak sekitar 40km dari desaku, dan aku yakin ada puskesmas saat itu di kecamatan, apa karena memang saat itu ibu dalam kondisi yang lemah??. Bahkan saat sekarang ini saja untuk ke Kediri dari rumah bisa menghabisakan waktu 2 jam, aku tidak bisa membayangkan untuk saat itu, dimana fasilitas jalan, transportasi yang belum seperti saat sekarang ini. Kenapa harus begitu jauh, padahal keadaan ibu yang sudah lemah, karena kandungannya. Ibu pernah bercerita tentang itu, kondisi saat itu dan suasana saat itu. Semua panik “ribut” begitu juga bapakku, untuk menuju ke kediri ibu pernah bercerita kala itu mengunakan mikrolet (Angkutan Pedesaan), jangan dibayangkan seperti angkot yang sekarang sering kita temui, keadaanya tentunya jauh lebih buruk dari itu, kondisi jalan yang tak sebaik sekarang. Saat itu pun semua panik, ribut. Untuk ke kediri bapak tidak lagi sendiri mengantar ibu ke rumah sakit, namun di temani kakak kandung ibu, yang sekarang menjadi tante, atau mbok de seperti itu sampai sekarang aku memangilnya. Tak hanya bapak yang merasa panik, tapi semua yang ikut mengantar ke kediri merasa panik, ribut. Tak pernah ku tanyakan berapa waktu yang di butuhkan dalam perjalanan ke Kediri, yang aku tahu cerita bahagia setelah perjalanan ke kediri yang tak bisa dibayangkan dan pertaruhan nyawa ibu yang begitu berat.

Rabu wage 6 April 1988 pukul 02.00 WIB, sosok bayi laki – laki dengan berat sekitar 3 kilo telah dilahirkan dengan normal, semuanya bahagia karena ibu dan bayi sehat dan selamat. Sebelum pulang ke rumah, kedua orang tuaku sepakat  memberikan nama kepada bayi itu RIBUT WYLLI SUSMONO. Ribut adalah nama pemberian kedua orang tuaku yang mengambarkan betapa paniknya saat – saat kelahiranku yang tak cukup dengan dibantu bidan desa saja, tak seperti kakak – kakak ku yang telah lahir sebelumnya. Wylli adalah nama pangilan di rumah, bukan Wylli mereka memangil tapi weli. Nama ini pemberian dokter di RS. Gambiran, sebenarnya mungkin yang dimaksud adalah Willy, namun petugas pembuat akta kelahiran salah dalam penulisan sehingga sampai sekarang kadang teman – teman sering protes tentang penulisan nama tengahku itu, tapi hal itu tak pernah menjadi masalah. Susmono, untuk nama terakhirku ini aku tak pernah menanyakan apa arti dibalik kata itu, yang aku tahu sebenarnya kata susmono itu hampir mirip seperti nama terakhir yang diberikan kepada kakaku ke dua yaitu Susanto. Mungkin itu hanya tambahan saja yang muncul begitu saja di pikiran kedua orang tuaku pada saat pemberian namaku, atau seperti apa aku juga belum tahu.... Sejak itulah aku dilahirkan dengan nama itu dan tak pernah protes sekalipun dengan namaku yang mungkin terdengar tak biasa. Sebaliknya aku begitu bangga, mungkin melebihi rasa bangga kalian kepada nama kalian..

Sejak itu aku di besarkan di rumah, rumah yang sederhana yang berdinding anyaman bambu yang dilingkunganku disebut gedek guling, dan berlantai tanah, bersama keluargaku yang berisi bapak, ibuk dan tiga kakakku. Bapak seorang petani yang waktu mudanya hanya bermodalkan sepetak sawah milik ibunya (mbah putri). Dan disela – sela waktu luangnya beliau menjadi seorang tukang kayu, aku mengakui beliau sangat kreatif dalam mendisain, dan jiwa seni mengalir dalam darahnya, bahkan suatu waktu bapak rela menjadi buruh tani demi menghidupi keluarga. Ibu adalah seorang guru SD di SDN 1 Sumberagung, SD yang jaraknya sekitar 5km dari rumah. Dan saat itu beliau bekerja juga mencari penghasilan tambahan dengan menjahit, dengan mesin jahit milik bapaknya (mbah nang begitu aku memangilnya), bukan berarti ibu membiarkan bapak sendirian mengurus sawah, tak jarang ibu juga terjun sendiri ke sawah membantu bapak. Semua tumbuh dan menyatu menjadi keluarga yang bahagia meskipun hidup dalam kesederhanaan, sangat sederhana. Aku tak ingat semuanya, yang ku ingat adalah ketika aku sudah berumur sekitar 4 atau 5 tahun saat – saat akan menginjak sekolah TK. Namun banyak cerita yang dibagi dan disampaikan ibu dan bapak kepadaku ketika aku tumbuh dari usia 1hari sampai 5tahun, aku masih ingat cerita itu sangat sering disampaikan saat semua anggota keluarga berkumpul saat menjelang malam tiba, memang kami sering menghabiskan jam – jam malam untuk berkumpul, dan bercerita sebelum aku dan kakak – kakakku tidur, tidak ada TV atau radio yang menemani, karena memang hanya waktu itulah bapak dan ibu bisa mencurahkan semua waktunya. Selain waktu – waktu itu beliau menghabiskan untuk bekerja keras menghidupi keluarga, bahkan yang aku tahu setelah anak – anaknya tertidur ibu yang dibantu bapak masih menyempatkan untuk menjahit pakaian pesanan orang lain atau sekedar membuat pakaian untuk anak - anaknya. Pakaian anak – anak nya yang dibuat dari sisa kain dari perca yang masih bisa di potong menjadi pola pakaian anak – anak. Aku sayang kalian buk, pak... Demi Allah aku sangat sayang keluargaku yang begitu sederhana. Tentunya bukan hanya aku yang merasakan itu, mas eko atau di pangilnya santo dirumah, mbak dewi atau dipangil dewi dan mbak endah juga pasti merasakan itu, merasakan kasih sayang dan perjuangan. Aku sangat yakin..

Aku tumbuh dan dibesarkan di keluarga ini, keluarga bapak Radji, keluarga yang sangat aku cintai. Keluarga yang selalu memberikan arti sebuah kesederhanaan. Aku tahu perjuangan ibu dan bapak sejak aku lahir dan tumbuh menjadi besar, ibu sering bercerita masa – masa dimana aku belum dilahirkan, bahkan masa – masa dimana ibu masih menempuh pendidikan untuk menjadi seorang guru. Aku baru sadar, bahwa cerita  itu semua adalah cerita hidup, cerita motivasi seorang ibu dan bapak kepada anak- anaknya. Cerita yang memiliki arti penting, dan menjadi dasar dalam melakukan apapun. Cerita yang menanamkan kesederhanaan, kesabaran, keuletan, dan ketabahan...

Aku terus tumbuh menjadi besar, beruntung karena sejak aku lahir setelah ibu memberikan ASI aku juga diberi susu kaleng. Hal yang mewah bagi pasangan seorang petani dan guru SD yang jabatanya masih baru. Ada cerita lucu dibalik itu, ketika masih kecil ibu bercerita bahwa aku sering mengambil susu tanpa sepengetahuan ibu, susu itu langsung masuk mulut tanpa diseduh, nakal seperti itu ibu menyebutnya. Menyesal sekarang setelah tahu bagaimana dahulu ibu harus membagi pemasukan yang tidak seberapa yang beliau dapat, dengan pengeluaran yang ada. Maafkan aku buk...

Dalam salah satu nasehatnya ibu dan bapak mengatakan bahwa beliau selau menyisihkan pendapatan yang beliau dapat untuk tabungan. Hal ini penting selain untuk memperbaiki perekonomian, juga untuk kebutuhan kakak – kakakku yang sudah mulai sekolah. Hal ini juga yang membuat perekonomian semakin membaik, semua bidang pekerjaan yang di tekuni ibuk dan bapak seperti sawah, menjahit, menjadi guru dan menjadi tukang kayu sedikit demi sedikit memberikan pemasukan, walau tidak banyak. Aku yakin hal ini juga dibarengi dengan managemen keuangan ibu yang ketat. Ibu sangat pandai mengatur keuangan, tanpa harus menempuh sekolah di bidang itu. Semua terasah karena keadaan. Ibuk menyebutnya tak lagi irit tapi mlirit (lebih dari sekedar irit), semua dilakukan demi cita – cita dan tuntutan keadaan. Uang yang terkumpul tidak langsung dijadikan dan dibelanjakan menjadi barang yang nantinya akan sia – sia, namun semua butuh perhitungan, dengan matang. Satu waktu beliau (bapak dan ibuk) sepakat ‘menukarkan’ tabunganya menjadi sepetak sawah. Hal itu dijadikan modal untuk melangkahkan kaki lebih lebar.

Aku tumbuh di keluarga ini dari sejak Rabu 6 April 1988 sampai saat umurku menginjak 5 tahun, dimana aku mulai masuk sekolah taman kanak kanak, aku sekolah di TK Dharma wanita 1 desa Balonggebang. TK ini terletak tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 100 meter dari rumah. TK yang sampai sekarang masih berdiri yang menjadi bangku sekolah pertama bagi adik – adik di desa Balonggebang. Setiap akan berangkat sekolah ibu selalu memberikan sarapan pagi seadanya, sekedar untuk menjadikan kenyang, itu selalu ibu lakukan, dan tak lupa memberikan uang saku 50 rupiah, cukup untuk bekal makan siang atau jajan. Ketika aku TK, mas Eko dan Mbak Dewi sudah duduk di bangku SD, sedangkan mbak Endah duduk di bangku SMP (sekarang SLTP).

TK ini yang sedikit banyak memberikan andil dalam membentuk karakterku, memberi pondasi dalam dunia pendidikan ku. Selain juga ibuk dan bapak, merekalah orang – orang yang lebih berperan membentuk karakterku, emosiku, jiwaku, watakku, pola pikir dan kebiasaanku. Semua yang diberikan mereka adalah benih – benih yang baik, benih – benih yang berusaha ku sirami untuk dapat terus berkembang dan berbuah. Dua tahun ku habiskan untuk ku belajar di TK Dharma Wanita 1 ini, teman – teman yang juga tetanggaku menjadi teman menghabiskan masa kecilku. Diantaranya Anam, Wahuyu, Antok, yusuf, imbrawati mereka teman – teman yang baik. Dibesarkan di lingkungan yang sama dan berlatar belakang sama. Tak ada prestasi yang membanggakan yang bisa ku raih dan kupersembahkan untuk ibu dan bapak selama duduk di sekolah TK ini. Kecuali bisa menjadi peserta tim menari yang berjumlah 6 anak pada acara Agustusan di panggung yang berada di depan kantor desa Balonggebang, tepat disamping rumahku. Dan juga ikut dalam acara karnaval Agustusan yang diadakan di kecamatan Gondang, sayangnya semua foto yang di ambil dengan tustel dari tukang foto yang bermaksud untuk kenag - kenangan semuanya tak dapat di cetak karena rusak. Tidak ada kenang – kenangan, tidak ada prestasi. Malah pada waktu TK aku susah menghafal urut – urutan angka, aku masih ingat selalu salah di urutan angka 26. Setelah berhasil mengucapkan angka 1 sampai 25, pasti angka 26 salah, bahkan memilih diam yang berarti tak bisa melanjutkan dan memilih nangis. Lucu memang...., namun aku dulu pandai mengambar, aku yakin itu adalah sedikit darah seni dan kreatifitas dari bapak yang mengalir dalam tubuhku. Namun tetap saja belum ada yang aku bisa raih dari kemampuanku itu.

Keluarga ini masih tetap sederhana dan prihatin, meskipun sedikit demi sedikit bapak dengan kemampuannya membenahi ruang – ruang di rumah sehingga nampak sedikit rapi. Melepas dinding dari bambu dan mengantinya setengah dengan papan kayu yang dibeli dengan uang tabungan. Bapak memang seorang pekerja keras, tumbuh di keluarga yang juga sederhana dan menjadi kakak tertua bagi adik – adiknya menjadikan bapak adalah laki – laki yang mandiri dan dewasa, pemimpin yang demokratis. Masih ingat kuat di pikiranku, kebiasaan bapak dan keseharian nya yang berdampak bagi seluruh anggota keluarga. Saat pagi – pagi tiba bapak sudah harus bersiap ke sawah dengan sepeda nya yang sudah berkarat namun tetap terawat, anak – anak nya pergi ke sekolah dan ibu juga berangkat untuk mengajar. Dan saat sekitar jam 9.00 pagi bapak sudah harus dirumah. Dan kembali ke sawah setelah dhuhur atau setelah mas Eko dan mbak Dewi pulang dari sekolah. Jika bapak tidak pulang maka siapa yang akan membukakan pintu rumah untukku. Karena waktu itu aku masih terlalu kecil untuk membawa kunci rumah sendiri. Namun kadang jika ada sesuatu misalnya sedang musim panen, atau musim tandur (awal menanam padi). Bapak tidak bisa melakukan itu, karena tanaman harus segera dipanen dan ibu bapak memilih untuk tidak mencari pekerja untuk meringankan pekerjaan panennya. Dengan perhitungan, jika mengunakan pekerja maka akan menambah pengeluaran, kalau sudah begitu maka ibu biasanya menitipkan semangkuk nasi dan sayur dan pakaian ganti untukku pada tetangga, untuk makan setelah aku pulang sekolah dan pakaian ganti untuk menganti seragam yang aku pakai. Mataku berkaca ketika mengingat keadaan itu... Itu juga yang dialami kakak – kakakku sebelumnya. Hal Itu ibu lakukan saat pagi sebelum berangkat mengajar. Setelah sekitar jam 10 atau 11 baru mas Eko dan mbak Dewi pulang sekolah, saat itu baru aku bisa masuk rumah karena mas Eko yang sudah diberi tanggung jawab mambawa kunci rumah. Semua diatur agar tidak saling merugikan, berjalan dengan baik dan harus saling pengertian.

Bapak adalah seorang yang memiliki watak yang keras, beliau mendidik anak – anak untu menjadi anak – anak yang bertanggung jawab, baik, taat, patuh, mengerti akan kemampuan orang tuanya dan tidak neko - neko. Tak segan bapak memberikan pelajaran dengan keras kepada anak – anaknya jika anak – anaknya tidak patuh dan berlaku salah. Dengan maksudnya yang baik tentunya.. Aku sangat mengingat, betapa kerasnya bapak mendidik sehingga membuatku sangat patuh, aku ingat sering ketika aku berbuat salah, atau bertengkar dengan teman bapak hanya memberikan tatapan tajam dari arah yang jauh, itu saja sudah membuatku merasa bersalah dan takut. Hanya sebuah tatapan mata tajam.. Tetapi dibalik kerasnya watak bapak, beliau juga memiliki watak penyayang, dan perhatian. Demi Allah engkau adalah bapak terhebat....
Masih sangat kuat memori di pikiranku, sadar bahwa membeli mainan untuk anaknya hanya akan membuang uang dengan sia – sia, beliau mengantikan mainan – maninan itu dengan mainan – mainan buatan tangannya sendiri. Mainnya yang dibuatnya diwaktu – waktu istirahat siang di sawah, atau ketika sore hari di rumah, sama sekali tidak menyita waktu bekerjanya. Bahkan aku masih ingat betul, ketika beliau membuatkan layang – layang besar berukuran 1 m x 70 cm, atau soangan aku menyebutnya, beliau merelakan waktu tidur malamnya untuk memilin benang untuk menerbangkan layang – layang itu. Ya Allah begitu tulus bapak menyayangi aku dan keluarga ini.... Bukan hanya itu, ada banyak mainan yang tercipta dari tangannya yang terampil dan hatinya yang tulus, yang aku ingat beliau pernah membuatkan aku roda (papan yang dibuat melingkar dan diberi poros pada bagian tengahnya), kekehan (gangsing), keris dari kayu. Ibu pernah bercerita tentang ini, ibu berkata beliau sering tidak menuruti ketika anak – anak nya meminta dibeikan mainan. Aku tidak pernah menilai hal itu sebagai tindakan yang salah, aku tahu semua harus prihatin dan “puasa”.

Setelah aku menghabiskan waktu dua tahun di bangku TK, aku melanjutkan sekolah SD seperti anak – anak pada umumnya. Tahun ajaran baru, berarti pengeluaran yang lebih banyak bagi kedua orang tuaku. Syukur Alhamdullilah semua masih bisa di atasi, ada beberapa barang yang di beli, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Seperti sepeda untuk kakak dan motor Yamaha warna merah 2 Tak dengan kapasitas mesin 80cc, yang dibeli dari orang lain untuk membantu ibu berangkat ke sekolah. Alhamdulillah.. itu semua dibeli dengan uang tabungan dari hasil panen atau gaji ibu..        

Aku didaftarkan di SDN Balonggebang 1, mengikuti kakak – kakakku sebelumnya, bangunanya terletak di dusun Sawahan, SD ini berjarak sekitar 1 km dari rumah, itu adalah SD terbaik diantara SD yang ada di desa Balonggebang. Jika hanya memilih letak SD yang dekat, sebenarnya ada SDN Balonggebang 2 yang hanya berjarak 100m dari rumah, SD ini bersebelahan dengan TK Dharma Wanita, TK dimana aku menghabiskan masa kecilku. Atau ada pilihan lain, yaitu SDN Balonggebang 3 yang hanya 500m dari rumah. Tapi ibu tidak memilih menyekolahkanku di SD tersebut, ibu dan bapak selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak – anaknya. Bahkan ibu tidak memilih agar aku ikut belajar di SD dimana beliau mengajar. Aku pernah pertanya soal itu, dan beliau menjawab “ tak akan menjadi pandai jika kamu hanya diajar oleh orang tuamu..” Aku tak protes dimana aku akan di sekolahkan. to be continue..